Rabu, 21 Oktober 2009
tentang CSC..........
iya itu agenda rutin untuk para mahasiswa baru...
komunikasi..... itu adalah jurusan yang q piLih buat kuLiah......
dan di Komunikasi itu juga diadakan ... yupz nama makrab buat anak-anak komunikasi adalah CSC "Communication Study Camp"........
banyak cerita indah berawal dari sini..
1. dapet temen baru dari sebelumnya
(q kira anak2 keLas A ntu kompak dibandingkan keLas2 Lainnya tapi ternyata q punya temen yang sangat soLid banget cnthnya saat outbound kita ntu mang bener2 kompak dan kelompok kami jadi trade centernya yang kelompok lain sih cuma ikut2an kelompok kami.. hehe) keLompok kami adalah "WIROBROJO" dengan sLogan EmpuL Dem Dem Dem..
2. dapet cinta
ku sadar ternyata ku muLai memperhatikannya.. saat terindah yang ku aLami bersamanya adalah dia memegang tangan ku dan berusaha menjaga ku ketika ku akan terjatuh... inisiaLnya AG.. dalam kondisi yang sangat dingin setelah di kerjain kejadian itu membuat Q FALL IN LOVE
3. DAPET pENGALAMAN
banyak banget pengalaman yang q dapetin dari kekompakan, acara jurit malem, berendam dalam lumpur...... pokoknya seru!!!!!!
q pengen csc lageeeeeeeeeeeeeeeeeeee......
csc i`m in Love..............
Senin, 14 September 2009
cerpen.........
“Ngga Semuanya………”
By: Nunik Hariyanti
“Wow, kesiangan?! Mana handukku?” Ya inilah aku, Nina gadis remaja 15 tahun yang baru saja masuk ke SMA. Aku memang belum terbiasa masuk pagi, karena sewaktu SMP aku selalu masuk siang maklum ku harus bergantian ruangan kelas dengan para anak-anak SD. Orang tuaku sudah meninggal karena kebakaran ketika ku berumur 2 tahun dan hanya Nenek Irah orang satu-satunya yang mengasuh ku hingga saat ini, walaupun beliau harus menghidupiku dengan segala keterbatasannya tapi aku merasa bahagia. Sejak SD hingga SMP Nek Irah lah yang membiayai sekolah ku tapi kini sudah ada seorang dermawan yang mau menanggung biaya sekolah ku hingga ke perguruan tinggi, namanya Pak Budi.
Pak Budi menyekolahkan ku di SMA Pelita Bangsa. Sekolah terbaik di Solo dan aku sangat beruntung bisa masuk ke sekolah ini karena hampir 80% siswanya adalah dari golongan borjuis tapi walau aku bukan dari golongan mereka, aku akan buktikan bahwa aku juga layak bersekolah di SMA Pelita Bangsa ini. Aku ingin belajar dengan sungguh-sungguh untuk membahagiakan Nenek Irah dimasa tuanya.
Pagi ini aku harus berangkat kesekolah dengan buru-buru karena aku tidak mau terlambat, bagiku pukul 06.40 itu sudah sangat sangat siang aku berangkat dari rumah, biasanya aku berangkat pukul 06.00. karena waktu yang dibutuhkan dari rumah kesekolah adalah 30 menit. Aku bangun kesiangan karena semalam aku mengajar di rumah pintar hingga 10 malam. Mengajar dirumah pintar adalah pekerjaan sampinganku selain membantu Nek Irah berjualan es jus, dirumah pintar banyak anak-anak yang keadaannya jauh lebih memprihatinkan daripada kehidupanku. Jadi aku tergugah hati untuk membantu mereka dengan ilmu yang aku punya, dengan harapan jika mereka pintar, mereka bisa mengubah nasib mereka sendiri menjadi lebih baik dari keadaan mereka sekarang.
Sesampainya aku digerbang sekolah, Pak Subi sudah menanti ku dengan tatapan yang sangat menyeramkan, seperti ingin memakanku. Dalam hati aku hanya bisa berkata “yah, aku terlambat” Baru pertama kalinya aku terlambat dan aku masih beruntung sebab ada Ryo teman sekelas ku yang juga datang terlambat jadi aku tidak begitu takut menghadapi Pak Subi. “Kenapa kalian terlambat?” dengan tangan sambil memukul-mukulkan tongkat, Pak Subi satpam sekolah kami yang terkenal galak mulai mengintrogasi kami. “Ehm, saya tadi bangun terlambat pak. Semalam saya habis mengajar di Rumah Pintar. Izinkan saya masuk, Pak. Saya berjanji tidak akan terlambat lagi, Pak” Aku mencoba membujuk Pak Subi. “Baik, berhubung kamu baru pertama kali ini terlambat. Saya akan mengizinkan kamu masuk. Dan kamu Ryo? Kenapa kamu lagi, kamu lagi yang terlambat. Hampir setiap hari datang terlambat, saya sampe bosan mencatat nama kamu. Sudah sekarang kalian masuk, pelajaran sudah dimulai.” Setelah menasihati kami Pak Subi langsung menutup pintu gerbang aku dan Ryo pun menuju kelas.
“Kenapa terlambat,Yo?” aku mulai membuka pembicaraan dengan Ryo. “Penting ya gue jawab pertanyaan lo?” Ryo menjawab dengan sinis. “Ya udah kalo ngga penting, ya ngga usah dijawab.” Ryo memang anak yang paling angkuh dkelas ku, dia lebih tertutup dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Dan jarang banget ngomong sama teman-teman lainnya. Ryo..? menurutku dia juga lumayan pintar . akh, tapi sama aja boong kalo pintar tapi sombong banget, ikh.. ngga banget deh.
***
Ditengah teriknya sang matahari, aku berjalan sendiri, tiap langkah kecilku aku selalu berharap ada langkah lain yang menemani ku. Gerbang sekolah begitu sulit aku capai karena kuatnya sang surya menyebarkan sinarnya dan aku hanya bisa berjalan tertunduk.
“Nina?! Hei..” Terdengar ada suara sayup-sayup memanggil namaku. Aku pun mencari suara itu ternyata suara itu berasal dari Ratih yang berada didepan ruang guru. “Hei, sini!!” Ratih pun menyuruhku menghampirinya, dan aku datang kepadanya dengan sangat terpaksa karena siang ini matahari sangat tidak bersahabat dan ragaku ingin sekali sampai dirumah. “Ada apa, Jeng?” Tanya ku dengan nada sangat lemas. “Hei lemes banget sih, baca ini pengumuman..” ratih menunjukkan selembar kertas pengumuman yang tertempel dimading. “Lomba Menyanyi di Ulang Tahun sekolah… Ayo Nin, buruan daftar. Aku tau suara kamu tuh bagus banget dan hadiahnya 10 juta, Nin.” dengan menggebu-gebu Ratih menyuruhku untuk mendaftarkan diri keperlombaan itu. Ratih memang sahabat ku sejak kecil, dia sudah ku anggap seperti keluarga sendiri. Tapi Ratih lebih beruntung karena dia masih memiliki keluarga yang utuh dan hidup dengan segala kecukupannya. Walau Ratih adalah orang berada tapi dia tidak pernah sungkan untuk membantu ku mengajar di Rumah Pintar.”Ehm, dipikir-pikir dulu ya, Rat.” Aku hanya bisa menjawab seperti itu. Dan Ratih hanya bisa tersenyum sambil menyanggahkan tangannya ke bahu ku. Kami berdua pulang bersama menuju rumah kami masing-masing.
***
“Kak Nina?! Adit nakal.. Dia dari tadi ngisengin aku” Suara gadis kecil manja bernama Aira yang usianya baru 5 tahun dan aku hanya tersenyum kepadanya sambil memeluk tubuh kecilnya. Keadaan di Rumah Pintar sore ini sangat ramai, aku sampai bingung dibuatnya. Ratih tidak bisa datang karena harus menjemput pamannya di bandara.
Ketika ku sedang mengajar membaca anak-anak tiba-tiba ada segerombolan pria dewasa yang langsung membentak-bentak kami sehingga membuat ketakutan para anak-anak kecil ini. “Siapa yang mengizinkan kalian memakai bangunan ini? Dan siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?” Pria ini berkata dengan kerasnya, tubuhnya pun besar, tinggi dan berkulit hitam. “Emm..maaf bukannya kami telah mendapatkan izin untuk memakai bangunan ini dari ahli waris. Lagian bukannya Alm Pak Roto, pemilik bangunan ini telah menghibahkan bangunan ini untuk dijadikan Rumah Pintar?” Aku menjawab dengan nada setengah ketakutan. Tiba- tiba sesosok wanita berkacamata cokelat yang umurnya kira-kira 37 tahun muncul dari gerombolan pria-pria besar itu. “Siapa ahli waris itu? Jelas-jelas saya adalah ahli waris yang sesungguhnya yang berhak utuh atas bangunan ini. Saya adalah anak pertama dari mendiang Pak Roto yang tinggal di Aussie. Nama saya Evelina, Saya punya surat warisan yang sah tentang bangunan ini. Silahkan kamu baca!!” Aku pun langsung membaca surat warisan itu. Dan ternyata benar jika didalam surat warisan itu tidak pernah ada hibah dari Pak Roto atas bangunan yang kami pakai untuk Rumah Pintar ini
“Sekarang kamu paham. Bereskan semua barang-barang ini dan segera angkat kaki dari Rumah ini karena bangunan ini akan saya pakai untuk menampung para TKW.” Dengan sombongnya wanita ini mengusir kami. Tapi aku bersikukuh untuk tetap disini dan anak-anak kecil ini hanya bisa menangis. “Maaf Bu, Rumah ini adalah tempat mereka belajar. Mereka tidak mampu untuk bersekolah ditempat yang selayaknya. Saya mohon Bu jangan usir kami. Apa ibu tega jikalau mereka kehilangan cita-cita mereka?” Aku mencoba berusaha membujuk Bu Evelina tapi, beliau malah berbuat kasar kepada kami semua. “Saya tidak peduli dengan cita-cita mereka. Orang-orang miskin seperti mereka tidak pantas dikasihani. Siapa suruh mereka untuk jadi orang miskin? Pengawal tolong keluarkan barang-barang yang ada dirumah ini sekarang juga. Semakin cepat orang-orang miskin ini keluar dari rumah ini, semakin cepat saya membuka penampungan TKW.” Bu Evelina memang sangat kejam, beliau tidak punya rasa kasian terhadap seahsamanya. Barang-barang kami dikeluarkan secara paksa oleh para pengawal Bu Evelina dan kami pergi meninggalkan Rumah itu dengan rasa kecewa yang sangat mendalam.
***
“Tolak?! Tolak !? Tolak pendirian penampungan TKW.. Anak-anak kami berhak untuk belajar disini.” Suara para orang tua dari anak-anak yang belajar di Rumah Pintar. Mereka berdemo di depan Rumah Bu Evelina, demo ini di motori oleh Ratih dan juga anak-anak Rumah Pintar. Aku hanya berdiri diantara kerumunan orang-orang ini sambil membawa poster yang bertuliskan “Orang miskin juga butuh belajar.. biar si Miskin juga bisa menjadi si Kaya” Menurut Pak Udin, RT di lingkungan kami bangunan ini telah dihibahkan 3 tahun lalu oleh Pak Roto sebelum beliau meninggal dan Pak Udin memegang surat hibah tersebut.
Tiba-tiba dari dalam rumah keluar seorang laki-laki dan aku pun mengenali siapa laki-laki itu. Dia Ryo, teman sekelas ku yang sombong itu. “Saya adalah anak dari Bu Evelina, pemilik rumah ini. Mau apa kalian semua disini? Dan kamu?” Ryo menunjuk diriku. “Oh, jadi kamu anak dari ibu yang angkuh itu? Kami semua berdiri ingin meminta hak kami..” kataku lantang. “BETUUL” segerombolan orang tua ini teriak bersamaan. “Menurut Pak Udin……” Sebelum ku melanjutkan pembicaraan ku kepada Ryo, tiba-tiba ada ibu dari Aira yang berlari menuju ku dengan terengah-engah dan juga bercucuran keringat. “Nin, nina… Nek Irah kecelakaan sekarang dia ada di Rumah Sakit dan keadaannya pun sangat kritis. Sekarang kamu cepat kesana!” mendengar Nek Irah kecelakaan, aku sangat panik dan aku langsung pergi meninggalkan demo ini karena sekarang Nek Irah sangat membutuhkan ku
***
“Turut berduka ya, Nin. Moga Nek Irah cepat sembuh.” Ratih terus mencoba meringankan kesedihan ku. “Tapi, Rat! Sekarang aku benar-benar bingung.” Kataku sambil menangis di bahu Ratih. “Aku harus mendapatkan uang 8 juta untuk operasi Nenek. Dan aku tidak mungkin minta dari Pak Budi karena beliau sudah banyak membantu keluarga kami” Lanjutku. “Kalau pakai tabungan ku dulu gimana? Ya, walau ngga bisa nutupin biaya operasi itu.” Tawar Ratih kepada ku. Sudah banyak uang Ratih yang ku pinjam dan belum sempat ku kembalikan dan kali ini ku harus menolak tawaran Ratih.
“Gimana kalau kamu ikutan lomba nyanyi itu? Acara 1 jam lagi akan dimulai. Lumayan kan bisa Bantu biaya operasi Nek Irah?”. Usul Ratih benar. Ku harus mandapatkan uang secepatnya untuk kesembuhan Nek Irah. Aku dan Ratih bergegas mendaftarkan diri keperlombaan itu.
Peserta demi peserta maju menyanyikan lagu mereka masing-masing . begitu pun dengan diriku, rasa ngga percaya diri pun ku tanggalkan. Yang harus ku lakukan sekarang adalah memberikan yang terbaik agar ku bisa menang perlombaan ini dan Nek Irah bisa sembuh.
Selesai ku tampil, kini ku harap-harap cemas menanti pengumuman pemenang. Bu Indar telah berdiri di atas panggung sambil membawa kertas yang bertuliskan pemenang. Jantung ku mulai berdetup kencang, tak sabar menunggu siapa pemenang itu. Ratih pun memegang tangan ku dengan sangat eratnya. Lalu dibibir tipisnya Bu Indar, ku melihat bahwa nama ku lah yang disebut sebagai pemenang lomba nyanyi ini. Air mata ku menetes seketika, Tuhan masih sayang kepada ku dibalik musibah ini Dia memberikanku kemudahan. Ratih pun memelukku dengan kencangnya.
Setelah ku mendapatkan uang dan piala dari lomba nyanyi ini, aku dan Ratih bergegas untuk ke Rumah Sakit. Karena aku ingin sekali menunjukkan piala ini kepada Nek Irah jika nanti beliau sembuh. Tapi tiba-tiba dari arah berlawanan datang Ryo dengan motor sporty-nya menuju ke arah kami. “Nin, Rat. Aku tau kalau nyokap ku udah salah malsuin surat warisan eyang. Sekarang mami ku udah ada dipenjara karena pemalsuan itu. Dan ku harap kamu dan juga Ratih bisa membuka kembali Rumah Pintar itu.” Wajah penyesalan terlihat jelas dari raut wajah Ryo. “Oh iya, kalian mau ke Rumah Sakit ya? Boleh ku antar? Itung-itung sebagai permohonan maaf ku kepada kalian” Ryo berkata sambil tersenyum kepada kami. Dia terlihat beda dari biasanya, lesung pipit diwajahnya menampakkan kalau Ryo memiliki wajah yang sangat-sangat tampan. “Iya, kami memang mau ke Rumah Sakit tapi ngga mungkin kan kita naik motor bertiga?” jawab Ratih sambil menatap motor Ryo. “Gini aja, gimana kalau Nina aja yang kamu boncengin, nanti aku nyusul pakai taksi aja. Lagian Nina harus cepat-cepat ke Rumah Sakit.” usul Ratih dengan sedikit memaksa.
“Ya udah, ayo naik, Nin! Pangeran Ryo siap mengantar putri Nina kemana saja.” Ledek Ryo kepada ku. “Kamu benar ya nyusul kami ke Rumah Sakit?” kataku kepada Ratih sebelum Ryo membawa ku pergi dengan sepeda motornya. “Siip Bos!!!” Jawab Ratih meyakinkan ku.
Nina benar-benar senang hari ini, karena Nina bisa mendapatkan uang untuk operasi Nek Irah dan juga harapan bisa membuka kembali Rumah Pintar, tempat dimana si Miskin bisa mendapatkan ilmu. Tapi, cita-cita itu kandas karena Nina harus pergi selama-lamanya dari dunia ini karena motor yang Nina dan Ryo tumpangi menabrak sebuah mobil truk..
Minggu, 06 September 2009
K U L I A H
banyak cerita yang terlahir dari sini:
* Ospek ( ikh, waw...........) disiksa abis2an( lebay, padahal gag di apa2in)
kaLian tau gag? masa` q di suruh yang aneh, mulai dari pake tas karung terigu, kaos kaki beLang2, berdandan aLa jeng Kellin (waaw!!!!!!)
v aku seneng cuz q bisa dapet teman baru yang sama dengan ku yaitu teman yang ngga bisa dandan... hehe (ke kampus cuma pake bedak seadanya. poko`e kucel deh.. walau kita ngga bisa dandan v kita bakal tunjukin bahwa kita bisa jadi yang terbaik. okeh!
* Kuliah Hari Pertama
ini dia, di saat orang-orang lagi pada sibuk liat jadwal n tempat kuliah kita( aku, Lia, Lisa n Furi) malah nge-net di warnet...... gokil kan?
dan disaat ku nulis blog ini kejadian yang ku tulis di atas ntu berlangsung..... hehe
Jumat, 05 Juni 2009
cerita indah sewaktu SMA
sebagian orang biLang kaLO SMA itu masa2 yang paLing indah....
menurut qw itu benar, SMA membuat hidup qw berubah.....
dari gadiz yang pendiam hingga menjadi seorang pemimpin (sebagai ketua OSIS).. wow, it`s amazing.. dari SD aqw meMAng sudah menjadi Pemimpin, tapi aqw bru merasakan perubahan sekarang ney..
Qw merasakan indahnya dikenaL banyak orang, dicintai, dan dihormati..
seLain itu, banyak cinta juga yang qw dapat.. hhe
bukannya Muna tapi sebagai seorang cew, itu adaLah sUatu anugeraH karena cinta mudah datang begitu saja dari banyak pria tanpa perLu susah2 berharap.. hhe
cerita tentang sahabat juga tidak kaLah pentingnya dari cerita2 diatas..
punya banyak sahabat juga adLah sebuah anugerah tersendiri, sahabat adaLah tempat kita berbagi cerita saat senang dan juga duka.... sahabat adaLAh bagaikan sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan dari bagian hidup qw, mereka juga turut aMbiL bagian dari hidup qw..
thanks buat semuanya.......
harapan qw: "UN qw bisa LULUS" agar cerita seLama SMA bisa berakhir HAPPY ENDING n jadi a price ever...........